(Epilog) Ngak.. ngak.. ngak.. suara itu.. begitu terus berulang terdengar. Berisik sekali, burung siapa sih? Apa burung lagi kawin? Apa burung kelaperan? Apa burung lagi cari anaknya yg hilang? Pikirku yg tengah asyik berbaring sambil menikmati Toto Chan. Ngak.. Ngak.. Ngak. lagi-lagi terdengar, semakin jelas, dan lama kelamaan terdengar seperti teriakan-suara orang kepayahan minta tolong. Aku terkesiap, spontan bangkit dari pembaringan dan segera melongok keluar jendela. Burung gagah itu bertengger kelelahan di salah satu dahan pohon depan rumahku. Tttaaarrr! Brukkk dan dalam hitungan detik burung nan gagah itu ambruk ke tanah. Aaarrrgghhh!!! Pemburu liar itu berhasil..
Populasi elang jawa dari beberapa daerah tersebut diperkirakan tak lebih dari 100 ekor. Daerah yang diduga masih ada populasi elang jawa itu adalah Hutan Wisata Kaliurang (Yogyakarta), Pegunungan Dieng, seputar Gunung Slamet, Gunung Pangrango (Jawa Barat), Malang Selatan (Jawa Timur), Meru Betiri dan Alas Purwo di Banyuwangi (Jawa Timur), serta Gunung Ungaran dan Gunung Muria (Jawa Tengah).
(Cerita-Ku) Jadi inget dulu jamannya kuliah "pengelolaan satwa liar" pernah melakukan praktikum ke Kaliurang khusus hanya untuk memantau *mengeker* keberadaan burung "Elang Jawa" tersebut. Konon populasinya di habitat Kaliurang, Sleman, saat ini tinggal 10 ekor. Burung-burung itu menempati areal hutan yang sangat tinggi yang masih sulit dijangkau manusia dan sulit dipantau. Pantesss.. tess..tes ajah (doh) seharian nangkring di sono gak ada penampakan sama sekali yg ada malah berulang kali berjumpa denga sodara2 sespesies yg tersebut adalah macaca fascicularis (baca : kera berekor panjang) huehehe, sliwar sliwer depan mata, aarrgghh tatut.. tatut.. So next.. Sia-sia sudahlah penantian (patah hati mode on), pulang..pulang..dengan membawa jadah dan tempe bacem serta setandan pisang, nah loh??! Huehehe pulang dengan tidak tanpa tangan hampa *hayah*