Si Bulan

Hai bulan sedang apa kau disitu? Mengapa kau bersembunyi di balik rerimbunan daun jati itu, bulan? Kemarilah, mendekat padaku. Jangan ragu ataupun takut. Tidak, aku tidak akan menangkapmu. Tidak, aku pun tidak akan mengambilmu. Aku hanya ingin memandangmu. Aku hanya ingin menikmati paras elokmu, bulan. Sesaat dan tak akan lama.Akhirnya perlahan malu-malu kau pun muncul dari balik rerimbunan daun jati itu. Ah bulan, kau tampak elok malam ini. Aku diam terpaku sesaat tepat di hadapanmu.

Bulan, tahukah kau bahwa aku kesepian malam ini. Tidakkah kau rasa itu, bulan? Itulah mengapa aku pergi mencarimu, bulan. Aku mulai berkisah panjang padamu. Nnggg... Ada apa bulan? Kau tak paham? Kau tak mengerti? Berkali-kali aku bertanya tetapi jawaban yang kudapat darimu hanya diam. Ehm... sudahlah tak mengapa bila kau tak paham atau pun tak mengerti, bulan. Aku tak peduli, kau hanya diam.

Aku mulai berjalan melintasi malam yang sepi dan dingin. Dan bulan dengan setia mengikuti setiap langkahku, tepat di samping kananku. Ya... bulan selalu setia padaku seolah tak rela membiarkanku sendiri berteman sepi.

Ah bulan... aku lelah. Apakah juga kau rasa itu? Lagi-lagi kau hanya diam. Malam sudah semakin larut dan sebentar lagi pagi kan datang. Pulanglah bulan karena aku akan pulang. Aku menghantarkan kepergianmu dengan senyuman. Perlahan kau pun menghilang dari hadapanku, menghambur bersama gelap pekatnya malam. Terimakasih ya bulan karena telah menemaniku di malam panjangku.